Kamis, 14 April 2022

KUMPULAN KATA MUTIARA #Nahdia

#Quote_Nahdia #177
Berhari-hari mutakharrijin anyar ini bimbang. Apakah harus menikah dengan jodoh pilihan ibunya atau ikut perintah Maulana Syaikh I menikah dengan ma'hadah. Kepulangannya ke Gresik dijemput gundah. Suatu malam Maulana mendatanginya: "ikuti perintah ibumu, menikahlah dengan pilihannya, lalu bawa istrimu sekolah di Ma'had." Riang hatinya berbulan madu dan istrinya menjadi murid MDQH. Lelaki Jawa Timur itu menaati ibunya, ia bisa bertemu Maulana di akhir hayatnya. Ah, Maulana, Maha Guru sempurna.
#Quote_Nahdia #178
Ia menggeser posisi duduknya di shaf paling depan di sisi kanan Maulana. Sejam berlalu. "Arak kanak Ma'had midang tipak ma'hadah ndekne ulek mbukak seragemne," tiba-tiba Maulana berujar disela ngajinya. Ups! Lelaki Rensing itu tak bisa sembunyi, kepergiannya mengambil kitab selepas Ma'had siang kemarin itu dilihat jelas di gang 1 NBDI Bermi. Setahun kemudian saat akad di Abror Maulana bertanya: "Pire taon-meq bekemele'an?" Tersipu ia mengingat semuanya. Dijawabnya: "Dua tahun, Maulana." Maulana, cintamu begitu sempurna.
#Quote_Nahdia #179
Rabu, 22 Jumadil Awal 1415 H, Pendiri Nahdlatul Wathan pernah berkata: "Mun ne arak Ma'hadah laeq ye gen ku bait, Kalau ada Ma'had Banat dahulu, aku akan menikah dengannya." Waduh, ternyata beliau jatuh hati pada karyanya. Dalam perspektif Al-Anfanany, tiada sekolah perempuan terbaik di NTB selain MDQH lil-Banat. Bagi Maulana, Ma'had Darul Quran wal Hadits adalah magnum opus (maha karya) beliau di dunia pendidikan. Thullab thalibatnya adalah manusia pilihan yang bisa diandalkan berjuang ikhlas hati berhias kesederhanaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar